Minggu, 06 Februari 2011


Tak kenal maka tak sayang: jika kita tidak mengerti atau memahami sesuatu hal maka kita tidak akan tahu arti sebenarnya dan tidak dapat menghargai hal tersebut. Itulah kira-kira arti dari pribahasa yang sangat populer ini.

 Kenal sebagai syarat untuk menyayangi dan menghargai, bukan hanya berlaku pada manusia, tetapi pada semua hal. Termasuk di dalamnya pada kesusastraan. Dulu kesusastraan Indonesia pernah mengalami masa jaya. Ia bukan hanya milik orang-orang urakan dan kaum tua yang punya banyak waktu luang untuk membaca, tetapi ia adalah teman semua orang. Sastra sempat pula menjadi alat perjuangan menentang penjajahan dan menyebarkan ideologi. Namun sayangnya kini sastra mulai kehilangan tempat di hati masyarakat. Kebanyakan orang hanya tau sastra itu puisi yang sulit dipahami, novel yang tebal dengan bahasa surgawi, atau drama dengan dialog-dialog aneh dan gaya berlebihan. Tapi benarkah semua itu?
Tentu saja tidak. Sastra bukan sekedar itu dan tidak selalu begitu. Sayangnya tidak banyak diantara kita yang tahu. Maka wajar pula bila banyak diantara kita yang memandang remeh sastra dan para pelakunya. Untuk itu, kita perlu berkenalan dengan sastra terlebih dahulu.

Setelah mengenal sesuatu atau seseorang dan memiliki rasa sayang terhadapnya, biasanya sesorang akan menunjukkan rasa sayang itu melalui sikap perbuatannya. Tapi kita mesti berhati-hati agar jangan sampai menjadi orang yang posesif berlebihan. Karenanya kita perlu tahu cara mengatasi sikap posesif.

Pada kesimpulannya kita harus mengenal semua hal di luar kita dan mengendalikan semua yang ada di dalam diri kita, agar kita dapat hidup dalam kasih sayang yang sehat lagi menyehatkan.
Categories:

3 komentar pembaca :

Sang Cerpenis bercerita mengatakan...

tul makanya jgn antipati dulu ya

Edo mengatakan...

rian.., kok lama ga update ?? n.nv

Ami mengatakan...

Tak kenal maka tak sayang