Rabu, 17 November 2010

Dalam rangka memahami karya sastra, muncul berbagai pendekatan (approach) dan teori. Pada tataran praktis, pendekatan dan teori ini mewujud ke dalam mode tulisan yang dikenal sebagai kritik sastra (Literary Criticism). Masing-masing kritik pada dasarnya mengajak kita untuk melihat suatu karya dengan perspektif (cara pandang) tertentu, yang biasanya berbeda jauh dari dari perspektif awam, dan bisa dianggap radikal. Karena adanya perspektif yang berbeda-beda, satu karya dapat dipahami secara berbeda-beda pula.

Hal yang saya sebutkan di atas mungkin sudah diketahui oleh masyarakat luas. Hanya saja masih banyak di antara kita yang belum menyadari, bahwa cara pandang dalam kritik sastra sebenarnya tidak hanya terbatas untuk memahami karya sastra saja. Lebih dari itu, cara pandang (dan juga cara pikir) tersebut bisa kita pakai untuk memahami semua fenomena sosial-budaya yang kita hadapi. Termasuk juga untuk memahami kejadian-kejadian yang tampak remeh dalam kehidupan kita sehari-hari.

Berikut sebuah contoh menarik dihadirkan oleh Muhammad Adek, salah satu Kawan Cermin yang gemar berbagi pandangannya tentang Kesusastraan.


Love Triangle Criticism!
-->
Kasus : 2 orang sahabat, A dan B, sama-sama menyukai wanita, X. A lebih dahulu menyukai X, B kemudian juga menyukai X
Konflik : A merasa B mengganggu perjuangan cintanya (competitor-red), dan mulai berpandangan bahwa B melanggar nilai-nilai moral persahabatan. Menurut A, seharusnya B menunggu A dulu dalam memperjuangkan cintanya pada X, kalau gagal, B baru boleh maju. Tetapi B tidak mengindahkan nilai-nilai tersebut dan tetap membabi-buta mengejar X
Klimax : Waktu pun memutuskan bahwa X lebih memilih B. A kecewa berat. A memvonis B sebagai dalang atas segala kegagalannya. B di cap sebagai pengkhianat. Pagar makan tananan! Menggunting dalam lipatan. Akhirnya persahabatan A dan B pupus sudah.
Kesimpulan Umum : A secara moral menempatkan B sebagai pihak yang bersalah, benar-benar bersalah secara total. B, tersangka satu-satunya yang menghancurkan segala mimpi-mimpi yang dirajut A kepada X. B adalah pengkhianat!
Kritik Sastra : Idealnya sebagian orang berfikiran seperti itu, tapi di dunia kritik sastra, kita diajarkan untuk berfikir dan menilai satu kasus dari berbagai macam sudut pandang. Dan sastrapun menilai :
1. A melukai kaidah cinta yang semestinya. Cinta, pada hakikatnya bersifat tidak rasional.Tapi A berusaha merasionalkan cinta B pada X, dengan alasan nilai-nilai moral dan persahabatan yang dijunjungnya, menempatkan B pada pihak yang bersalah secara moral dan dihakimi sebagai pengkhianat teman. (Deconstruction)
2. A secara tidak langsung telah menggangap X sebagai barang yang seenaknya saja bisa digilir dan dipindah tangankan(Comodification). Ini merupakan salah satu cikal bakal kapitalisme yang tumbuh didalam otak manusia. Di sini kita dapat mempertanyakan kesucian cinta A pada X. Apakah benar-benar cinta atau hanya dijadikan alat-alat pencapai keinginan? (Marxist Criticsism)
3. X, sebagai wanita dapat memutuskan yang mana pilihan yang terbaik untuknya. X menyadari betul persahabatan yang terjalin antara A dan B, dan norma-norma yang berlaku dilingkungannya seakan menekan dirinya sehabis-habisnya, untuk menerima saja apa yang ada dihadapannya. Tapi X melawan mainstream yang ada dan memutuskan memilih B, sebagai kekasih hatinya. Di kasus ini, X telah mewujudkan suatu kebebasan berfikir dan bertindak seorang wanita yang merdeka (walaupun tidak sepenuhnya) dengan melawan kewajaran yang di anggapnya tidak wajar untuk dirinya. (Feminist Criticism).
Kenapa sastra mengajarkan kita berfikir secara radikal ? Saya hanya tersenyum untuk menanggapinya. Dan kemudian falasah lama pun meluncur :
"Your beliefs are stronger when they are challanged."
Categories:

6 komentar pembaca :

Aulawi Ahmad mengatakan...

cara berpikir dgn sastra diatas menurutku logis ya, karena cinta tak bisa dipaksakan dan bisa memilih atau tidak sama sekali. Tapi jika dipandang dari unsur manusiawi (persahabatan, kebersamaan)si B bisa jadi salah jika si B tidak berterus terang kepada si A kalau dia juga suka sama si X.

four dreams mengatakan...

wih mantep fotonya :)

Junaedi mengatakan...

Artikel yg bagus, link anda sdh dipasang di blog saya & tolong link saya jg dipasang di blog anda

Ra-kun tak sendiRIAN mengatakan...

kunjungan ingkat, sekedar menyapa ^^
have a nice day :)

hend mengatakan...

wah artinya dwi fungsi dong..
mantap
eh pemandangan nya boleh juga tu
kunjungi jg bahan bacaan saya :
jurnal

ekonomi andalas

outbound malang mengatakan...

kunjungan gan.,.
bagi" motivasi.,.
Orang miskin bukanlah seseorang yang tidak mempunyai uang,
tapi ia yang tidak memiliki sebuah mimpi.,
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,